Peribahasa tersebut memiliki berbagai macam makna, seperti perilaku manusia, kebiasaan masyarakat, atau juga pengabdian kepada Tuhan. Berikut beberapa peribahasa Bugis yang penuh dengan makna filosofis yang masih menjadi pegangan oleh sebagian besar orang Bugis di manapun berada. 1. Dek nalabu' essoe ri tengngana bitarae. secara harafiah Dengan karakternya yang dikenal seperti itu, maka warga setempat pun menamai nenek itu dengan sebutan Nenek Pakande (diambil dari bahasa Bugis yaitu kata manre yang berarti makan). Biasanya Nenek Pakande itu berkeliaran keliling kampung untuk mencari mangsa pada hari ketika sang fajar sudah mulai tenggelam. Reso dalam bahasa Indonesia sering dipadankan dcngan kata etos kerjalusahalkerja keras. mi merupakan aspek mental kebudayaan Bugis yang tercermin dalam perilaku sosial masyarakatnya clan dapat dijumpai dalam sastra lisan Bugis. Catatan sejarah Gowa yang ditulis dalam bahasa dan aksara Makassar Naskah Lontara Patturioloang Gowa menyebutkan bahwa keturunan penguasa Kerajaan/Kesultanan Gowa berawal dari perkawinan Tumanurung yang secara harfiah dapat diartikan orang tidak diketahui asal muasalnya secara pasti dengan seorang bangsawan yang hanya dikenali dengan Karaeng KOMPAS.com - Suku Bugis berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Mayoritas, suku Bugis beragama Islam. Suku Bugis adalah suku yang tergolong dalam suku-suku Deutero Melayu. Mereka masuk ke Asia setelah adanya gelombang migrasi pertama dari daratan Asia, tepatnya Yunan. Kata Bugis berasal dari kata To Ugi yang berarti orang Bugis. Masyarakat suku Bugis memiliki tradisi sastra yang kuat. Bahkan sebuah karya sastra Bugis diakui sebagai memori dunia oleh UNESCO, yaitu naskah yang berjudul I La Galigo, sebuah epos mitologi Bugis. Naskah ini merupakan karya sastra terpanjang di dunia, bahkan lebih panjang dari epos Mahabrata dari India. AjDHy9V.

cerita rakyat bahasa bugis singkat